Wednesday, April 8, 2020

Kebyar-Kebyar (1979) - Gombloh & Lemon Tree's anno '69 - Full Lirik


Album Kebyar-Kebyar dirilis oleh Golden Hand Record pada tahun 1979, tidak lama setelah album Kadar Bangsaku. 
Album keempat Gombloh & Lemon Tree's anno '69 ini menancapkan nama Gombloh dalam percaturan musik Indonesia setelah masterpiece dalam album ini, yaitu lagu 'Kebyar-kebyar' mendapat respon positif dari pecinta musik sebagai salah satu lagu nasionalis-patriotik yang tercipta di era modern. Lagu tersebut juga sempat menjadi soundtrack film 'Putri Giok'. Di kemudian hari lagu tersebut dinobatkan menjadi lagu nasional, bahkan banyak orang menyebut bahwa 'Kebyar-kebyar' adalah lagu kebangsaan nasional Indonesia kedua setelah 'Indonesia Raya'.


SIDE A


Kebyar-Kebyar

Indonesia merah darahku
Putih tulangku 
Bersatu dalam semangatmu 

Indonesia debar jantungku
Getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

Indonesia nada laguku
Symphoni perteguh
Selaras dengan symphonimu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

"Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kaupun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu"

Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu

Indonesia merah darahku
Putih tulangku bersatu dalam semangatmu

Indonesia debar jantungku
Getar nadiku berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

---------

Selopen

Remang senja yang hangat mengelus mukaku
Bel sepeda anak sekolah 
ucap selamat padaku
Kutunggu datangnya bis kota 
yang membawaku ke rumahmu
Mengasyikkan!

Engkau memberi lampu hijau
Isyarat padaku
Ayahmu sedang mengurus bisnisnya
Ibumu pergi arisan
Kesempatan buat kita berdua memadu kasih berlaku 
Romeo dan Juliette versi Jawa

Aku berkhayal kayak Don Quixote
Berangkat slametan
Dengan khayalan di benakku
Berlaku persis jagoan
Segudang rayuan kusediakan
Walau kutahu ayahmu segarang macan.. gila!

Tapi apa yang kudapat disana
Ayahmu di beranda
Dengan kumis melintang lantang
Sikap tampang yang seram
Dengan perlahan kubalik kanan
Kembali pulang serta mengucap
"Amit-amit"

---------

Tari-tarian

Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu 
Pecah dan satu-satu
Mengembang di bentuk nyata

Bergerak dalam lagu
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni
Bergeprak di gerak rasa

Berpelukan yang erat
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang

Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu
Bercanda satu-satu
Mengembang di bentuk nyata
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni

Berpelukan yang erat
Bermanja ..... Berdua-dua
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang

---------

Pulau Rimbun Cinta

Seikat mawar merah
Kauberikan padaku
Sesaat ketika kuterbuai

Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

Seikat mawar putih
Suntingkan di rambutku
Berkembang merekah getar asmara
Meraba garba membuka 
getarkan tembang nada
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

Berpegang sehati menuju
Berpegangan melaju
Berdekat sehati berkayuh
Menuju pulau rimbunan cinta

Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

---------

Neraca Rasa dan Rasa

Tersirat tembus lurus pualam
Peneka warna
Terbujuk sukma kurus berpaling
Memandang dusta
Bergetar rupa alam dalam jangkauan
Melilit rasa semesta dalam rabaan
Meratas semu
Jeritan nurani

Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih
Berlapiskan racun yang menahun 
diri menghitam waktu keseluruhan

Gemerlap jalan silang menyesatkan pasak
Gemerlap sutra licin membingungkan asal
Dalam keputihan dasar yang bercampur dalam bejana bertepi ungu

Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak 
Di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan

Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih 
berlapiskan racun yang menahun 
diri menghitam waktu keseluruhan

Terawang mentari penerang jalan persada
Temaram hati penerang di jalan maya
Dalam kerusuhan lama yang bercampur dalam bejana bertepi merah

Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan
Yang dijanjikan

---------

Bulan Merah

Gelitik air sungai bening
Menyentuh tumpuan
Menyentuh akuan
Gelitik sang dewaniraya
Menyingkap sepuhan
Menyingkap rayuan

Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai
Dan perlambang kasih putih 
Meraba mesra
Di parasmu yang samar

Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu

Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai 
Dan perlambang kasih putih 
Meraba mesra 
Di parasmu yang samar

Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu
Membentuk cintaku

---------

Transmigran dan Transmigran

Berbondong-bondong mereka 
pria anak dan wanita
Membawa harta bendanya
Naik ke geladak kapal samudra
Sebagai transmigran
Buka tanah yang diberikan

Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Untuk kehidupan sosialnya
Di hari-hari kemudian

M'reka orang tak mampu
M'reka orang yang lugu
M'reka yang ditempatnya
Tak dapat hidup selayaknya
Untuk buka tanah di seberang

Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Duduk sama rendah
Berdiri sama tinggi
S'bagai warga negara

--------- --------- --------- --------- --------- --------- --------

SIDE B


Bendera-bendera 

Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang

Coretan pena-pena
lukis lontar-lontar penyuluh
pewaris kuat rangsang
berkiblatkan rasa kebangsaan
berbahasa waktu
kuning di tindakku
segar selaputku
berpagarkan karang terjal

Ku tak tahu mengapa
meremang kudukku
menggigil tubuhku waktu itu
ku tak tahu mengapa
sedih yang membekas
bilangan berbelas memelukku
derap merah putih biru
lewat laut lalu menjamah kotaku
pamflet nada tinggi kilat sangkur putih
tak menggiriskan,
tak menggetarkan jiwamu

Yell pekik dan keringat
memelosok sudut kota
alur nadi senada
Memateri rongga dada dan pecah
darahmu memerah saga,
merah di jalanan,
merah di runtuhan
berbau mesiu, berbau melati,
dan ku tandai hari itu
10 november 1945, merdeka! atau mati!

Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang
rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin

---------

Ijon

Kuberjalan di sawah-sawah 
dengan hiasan padi menguning
Kubersiul dan bersenandung
mawarpun mekar dihati

Tiba-tiba ku tertegun
kulihat seorang petani termenung
Suatu kontradiksi dengan alam sekitarnya

Kudekati dia yang duduk 
dan kutanya apa sebabnya
Dia duduk bertopang dagu
diantara bulir padi menua
Iapun berceritera
kiranya tengkulak
membeli padinya dengan harga murah
untuk membayar hutangnya

Sistem ijon masih terasa
bermukim di desa-desa
Nun disana tengkulak berkuasa
bagai raja kecil lagaknya
Iapun memerintah
para petani di desa dengan paksa
Petani menjadi pelayan di tanah miliknya

Oh Tuhanku berilah terang 
Berilah jalan lurah-lurah
Agar mereka dapat bekerja
Beri suka rasa rakyatnya
Sehingga petani hidupnya tenang tenteram
Di tanah miliknya
Berbinar mata menatap dengan mawar di senyumnya

---------

I Gde Mataram

Diantara rambu lalulintas
Tengah keramaian simpang empat
Dibawah terik sinar lampu dunia

Bertugas seorang polantas
Ia berpangkat pembantu letnan satu
Gede hitam berkumis 
bernama I Gde Mataram
Ia menolong siapa saja 
biarpun orang hina papa
I Gde Mataram
Ia menyalahkan siapa saja 
dari tukang becak sampai orang ternama 
kalau mereka bersalah

Bertugas dari pagi sampai sore
Dengan tidak mengenal arti lelah
Darma baktinya
disumbangkan untuk negara
Ia berpegang pada Sapta Marga
Sebagai sumpah prajurit utama Indonesia
Ia berpegang pada keadilan sebagai umat Indonesia yang beragama

Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Teladan prajurit utama
Ia seorang patut dicontoh
Oleh generasi muda
Ia seorang patut dicontoh
Penegak bangsanya.. uuh..
I Gde Mataram

Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Oleh warga kota dan semua

---------

Sinila dan Sinila

Kubersandar di pinus layang tumbang
Kulihat cendawan tumbuh di sela-selanya
Kupandang telaga di depanku yang tenang
Kulihat gelembung air di permukaan
Pecah satu
berganti dua,
pecah dua berganti tiga,
kadang kecil, kadang besar,
kadang berbunyi kadangkala sepi

Kuteringat filsafat tentang manusia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Mati satu kan lahir lainnya
Seperti gelembung di air telaga
Pya-pya-pya-pya-pya

Ku kan kaji filsafat bertuah

Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Beratus korban mengaduh
Beribu sanak menyedu
Sinila cengkeram
Sinila temaram

Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Halimun hitam beracun
Menyengat nyawa menahun
Sinila cengkeram
Sinila temaram

Ku teringat hidup manusia di dunia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Bergariskan tabir yang kuasa
Bersisihkan rasa yang memaksa

---------

Loni Pelacur dan Pelacurku

Daun-daun jati terlepas-lepas
terbang melayang satu di badannya

Harum bunga campur bau kopi dengan perlahan singgah di hidungnya

Terdengar lirih helaan nafas perempuan itu ketika ia memasuki desanya
merasa tenteram
merasa damai penuhi rongga dadanya

Setahun sudah
ia meninggalkan suami tercinta,
anak tersayang dan desanya
mencari makan di kota-kota dengan bekal pakaian bekas

Daun-daun jati dan kuncup bunga
seakan memberi maaf kepadanya
karena ia kembali di desa dengan harapan manis di benaknya
telah ia jalani jalan yang sesat
Wanita malam kerja di lorong-lorong kota
tuk menyambung hidup suami yg sakit TBC di dada
Dan anaknya

Janganlah engkau hinakan dia
walaupun dia telah sesat di jalan
doakan dia, Tuhan merahmati
jalan hidupnya serta suaminya
supaya ia serta suaminya
dapat membangun mahligainya
dengan kemurnian cintanya
yang pedih

---------

Seblak-Seblak Bunga Elektronika

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang pipih berbusana rapi kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas... Semu

Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus 
menegur ramah menyapa halus
Kadangkala menangis rindu
kadangkala sombong 
bagaikan sodom 
seangkuh gomora
Gerak tangan terlatih
beriring ketepatan jadwal
Berpacu dalam arena bebas
Lepas

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus
Berserakan di padang randu keruh

Seblak-Seblak semayam dihatimu
Gertak-gertak menantang di depanmu
Panas hari selimut di tubuhmu
Panas hati menekan di dadamu
Kan kau diamkan 
Kan kau agungkan
Kan kau agungkan
Kau pongah gertak

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang
pipih berbusana rapi
kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai
beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas
Berpacu dalam arena lepas

Semu

-----------

FYI : Karena album ini tidak menyertakan lirik, maka penulisan lirik diatas hanya berdasarkan analisa dari pendengaran saja. Kami sangat mengharapkan masukan dan koreksinya.
Mohon maaf apabila ada kekurangan.

Foto diambil dari : 
sukanimusik.blogspot.com

No comments:

Post a Comment