Album Kebyar-Kebyar dirilis oleh Golden Hand Record pada tahun 1979, tidak lama setelah album Kadar Bangsaku.
Album keempat Gombloh & Lemon Tree's anno '69 ini menancapkan nama Gombloh dalam percaturan musik Indonesia setelah masterpiece dalam album ini, yaitu lagu 'Kebyar-kebyar' mendapat respon positif dari pecinta musik sebagai salah satu lagu nasionalis-patriotik yang tercipta di era modern. Lagu tersebut juga sempat menjadi soundtrack film 'Putri Giok'. Di kemudian hari lagu tersebut dinobatkan menjadi lagu nasional, bahkan banyak orang menyebut bahwa 'Kebyar-kebyar' adalah lagu kebangsaan nasional Indonesia kedua setelah 'Indonesia Raya'.
SIDE A
Kebyar-Kebyar
Indonesia merah darahku
Putih tulangku
Bersatu dalam semangatmu
Indonesia debar jantungku
Getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga
Indonesia nada laguku
Symphoni perteguh
Selaras dengan symphonimu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga
"Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kaupun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu"
Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu
Indonesia merah darahku
Putih tulangku bersatu dalam semangatmu
Indonesia debar jantungku
Getar nadiku berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga
---------
Selopen
Remang senja yang hangat mengelus mukaku
Bel sepeda anak sekolah
ucap selamat padaku
Kutunggu datangnya bis kota
yang membawaku ke rumahmu
Mengasyikkan!
Engkau memberi lampu hijau
Isyarat padaku
Ayahmu sedang mengurus bisnisnya
Ibumu pergi arisan
Kesempatan buat kita berdua memadu kasih berlaku
Romeo dan Juliette versi Jawa
Aku berkhayal kayak Don Quixote
Berangkat slametan
Dengan khayalan di benakku
Berlaku persis jagoan
Segudang rayuan kusediakan
Walau kutahu ayahmu segarang macan.. gila!
Tapi apa yang kudapat disana
Ayahmu di beranda
Dengan kumis melintang lantang
Sikap tampang yang seram
Dengan perlahan kubalik kanan
Kembali pulang serta mengucap
"Amit-amit"
---------
Tari-tarian
Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu
Pecah dan satu-satu
Mengembang di bentuk nyata
Bergerak dalam lagu
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni
Bergeprak di gerak rasa
Berpelukan yang erat
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang
Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu
Bercanda satu-satu
Mengembang di bentuk nyata
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni
Berpelukan yang erat
Bermanja ..... Berdua-dua
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang
---------
Pulau Rimbun Cinta
Seikat mawar merah
Kauberikan padaku
Sesaat ketika kuterbuai
Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa
Seikat mawar putih
Suntingkan di rambutku
Berkembang merekah getar asmara
Meraba garba membuka
getarkan tembang nada
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa
Berpegang sehati menuju
Berpegangan melaju
Berdekat sehati berkayuh
Menuju pulau rimbunan cinta
Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa
---------
Neraca Rasa dan Rasa
Tersirat tembus lurus pualam
Peneka warna
Terbujuk sukma kurus berpaling
Memandang dusta
Bergetar rupa alam dalam jangkauan
Melilit rasa semesta dalam rabaan
Meratas semu
Jeritan nurani
Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih
Berlapiskan racun yang menahun
diri menghitam waktu keseluruhan
Gemerlap jalan silang menyesatkan pasak
Gemerlap sutra licin membingungkan asal
Dalam keputihan dasar yang bercampur dalam bejana bertepi ungu
Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak
Di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan
Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih
berlapiskan racun yang menahun
diri menghitam waktu keseluruhan
Terawang mentari penerang jalan persada
Temaram hati penerang di jalan maya
Dalam kerusuhan lama yang bercampur dalam bejana bertepi merah
Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan
Yang dijanjikan
---------
Bulan Merah
Gelitik air sungai bening
Menyentuh tumpuan
Menyentuh akuan
Gelitik sang dewaniraya
Menyingkap sepuhan
Menyingkap rayuan
Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai
Dan perlambang kasih putih
Meraba mesra
Di parasmu yang samar
Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu
Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai
Dan perlambang kasih putih
Meraba mesra
Di parasmu yang samar
Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu
Membentuk cintaku
---------
Transmigran dan Transmigran
Berbondong-bondong mereka
pria anak dan wanita
Membawa harta bendanya
Naik ke geladak kapal samudra
Sebagai transmigran
Buka tanah yang diberikan
Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Untuk kehidupan sosialnya
Di hari-hari kemudian
M'reka orang tak mampu
M'reka orang yang lugu
M'reka yang ditempatnya
Tak dapat hidup selayaknya
Untuk buka tanah di seberang
Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Duduk sama rendah
Berdiri sama tinggi
S'bagai warga negara
--------- --------- --------- --------- --------- --------- --------
SIDE B
Bendera-bendera
Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang
Coretan pena-pena
lukis lontar-lontar penyuluh
pewaris kuat rangsang
berkiblatkan rasa kebangsaan
berbahasa waktu
kuning di tindakku
segar selaputku
berpagarkan karang terjal
Ku tak tahu mengapa
meremang kudukku
menggigil tubuhku waktu itu
ku tak tahu mengapa
sedih yang membekas
bilangan berbelas memelukku
derap merah putih biru
lewat laut lalu menjamah kotaku
pamflet nada tinggi kilat sangkur putih
tak menggiriskan,
tak menggetarkan jiwamu
Yell pekik dan keringat
memelosok sudut kota
alur nadi senada
Memateri rongga dada dan pecah
darahmu memerah saga,
merah di jalanan,
merah di runtuhan
berbau mesiu, berbau melati,
dan ku tandai hari itu
10 november 1945, merdeka! atau mati!
Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang
rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
---------
Ijon
Kuberjalan di sawah-sawah
dengan hiasan padi menguning
Kubersiul dan bersenandung
mawarpun mekar dihati
Tiba-tiba ku tertegun
kulihat seorang petani termenung
Suatu kontradiksi dengan alam sekitarnya
Kudekati dia yang duduk
dan kutanya apa sebabnya
Dia duduk bertopang dagu
diantara bulir padi menua
Iapun berceritera
kiranya tengkulak
membeli padinya dengan harga murah
untuk membayar hutangnya
Sistem ijon masih terasa
bermukim di desa-desa
Nun disana tengkulak berkuasa
bagai raja kecil lagaknya
Iapun memerintah
para petani di desa dengan paksa
Petani menjadi pelayan di tanah miliknya
Oh Tuhanku berilah terang
Berilah jalan lurah-lurah
Agar mereka dapat bekerja
Beri suka rasa rakyatnya
Sehingga petani hidupnya tenang tenteram
Di tanah miliknya
Berbinar mata menatap dengan mawar di senyumnya
---------
I Gde Mataram
Diantara rambu lalulintas
Tengah keramaian simpang empat
Dibawah terik sinar lampu dunia
Bertugas seorang polantas
Ia berpangkat pembantu letnan satu
Gede hitam berkumis
bernama I Gde Mataram
Ia menolong siapa saja
biarpun orang hina papa
I Gde Mataram
Ia menyalahkan siapa saja
dari tukang becak sampai orang ternama
kalau mereka bersalah
Bertugas dari pagi sampai sore
Dengan tidak mengenal arti lelah
Darma baktinya
disumbangkan untuk negara
Ia berpegang pada Sapta Marga
Sebagai sumpah prajurit utama Indonesia
Ia berpegang pada keadilan sebagai umat Indonesia yang beragama
Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Teladan prajurit utama
Ia seorang patut dicontoh
Oleh generasi muda
Ia seorang patut dicontoh
Penegak bangsanya.. uuh..
I Gde Mataram
Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Oleh warga kota dan semua
---------
Sinila dan Sinila
Kubersandar di pinus layang tumbang
Kulihat cendawan tumbuh di sela-selanya
Kupandang telaga di depanku yang tenang
Kulihat gelembung air di permukaan
Pecah satu
berganti dua,
pecah dua berganti tiga,
kadang kecil, kadang besar,
kadang berbunyi kadangkala sepi
Kuteringat filsafat tentang manusia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Mati satu kan lahir lainnya
Seperti gelembung di air telaga
Pya-pya-pya-pya-pya
Ku kan kaji filsafat bertuah
Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Beratus korban mengaduh
Beribu sanak menyedu
Sinila cengkeram
Sinila temaram
Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Halimun hitam beracun
Menyengat nyawa menahun
Sinila cengkeram
Sinila temaram
Ku teringat hidup manusia di dunia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Bergariskan tabir yang kuasa
Bersisihkan rasa yang memaksa
---------
Loni Pelacur dan Pelacurku
Daun-daun jati terlepas-lepas
terbang melayang satu di badannya
Harum bunga campur bau kopi dengan perlahan singgah di hidungnya
Terdengar lirih helaan nafas perempuan itu ketika ia memasuki desanya
merasa tenteram
merasa damai penuhi rongga dadanya
Setahun sudah
ia meninggalkan suami tercinta,
anak tersayang dan desanya
mencari makan di kota-kota dengan bekal pakaian bekas
Daun-daun jati dan kuncup bunga
seakan memberi maaf kepadanya
karena ia kembali di desa dengan harapan manis di benaknya
telah ia jalani jalan yang sesat
Wanita malam kerja di lorong-lorong kota
tuk menyambung hidup suami yg sakit TBC di dada
Dan anaknya
Janganlah engkau hinakan dia
walaupun dia telah sesat di jalan
doakan dia, Tuhan merahmati
jalan hidupnya serta suaminya
supaya ia serta suaminya
dapat membangun mahligainya
dengan kemurnian cintanya
yang pedih
---------
Seblak-Seblak Bunga Elektronika
Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang pipih berbusana rapi kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas... Semu
Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus
menegur ramah menyapa halus
Kadangkala menangis rindu
kadangkala sombong
bagaikan sodom
seangkuh gomora
Gerak tangan terlatih
beriring ketepatan jadwal
Berpacu dalam arena bebas
Lepas
Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus
Berserakan di padang randu keruh
Seblak-Seblak semayam dihatimu
Gertak-gertak menantang di depanmu
Panas hari selimut di tubuhmu
Panas hati menekan di dadamu
Kan kau diamkan
Kan kau agungkan
Kan kau agungkan
Kau pongah gertak
Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang
pipih berbusana rapi
kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai
beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas
Berpacu dalam arena lepas
Semu
-----------
FYI : Karena album ini tidak menyertakan lirik, maka penulisan lirik diatas hanya berdasarkan analisa dari pendengaran saja. Kami sangat mengharapkan masukan dan koreksinya.
Mohon maaf apabila ada kekurangan.
Foto diambil dari :
sukanimusik.blogspot.com
No comments:
Post a Comment