Saturday, November 14, 2020

Makna Hong Wilaheng dalam Lagu Gombloh 'Sekar Mayang’

'Sekar Mayang’ adalah lagu Gombloh berbahasa Jawa yang cukup populer. Lagu tersebut tercipta sebagai hasil dari perenungan panjang Gombloh dalam menekuni serat Wedhatama. Serat sastra Jawa lama yang ditulis oleh Mangkunegara IV tersebut di dalamnya terdapat lima bab besar : Pangkur, Sinom, Pucung, Gambuh dan Tembang Kinanthi. Di dalam tiap babnya terdapat pupuh syair-syair panjang sejumlah 100 bait. Lazimnya, pembacaan serat Wedhatama dilakukan dengan cara dilagukan,atau ditembangkan/menembang.

Gombloh menginterpretasikan serat Wedhatama dalam bentuk musik modern yang dibawakannya dengan nuansa rock, penuh hentakan, namun uniknya hentakan itu mampu membawa pendengar nglangut ke dalam nuansa spiritual, sebagaimana usaha penghayatan diri para pembaca Wedhatama yang menembangkan syair-syairnya untuk beroleh kebijaksanaan dan merangkai petuah-petuah hidup. Gombloh dalam lagu 'Sekar Mayang' tidak membawakan seluruh syair Wedhatama yang berjumlah seratus itu, melainkan ia hanya mencuplik pupuh 1 dan 12 saja. Tujuan pencuplikan dua pupuh tersebut selain untuk kepentingan musikalitas, bisa jadi pula dua pupuh tersebut merepresentasikan sisi spiritual Gombloh dalam menyikapi petuah-petuah dari Wedhatama yang paling menarik perhatiannya. Untuk memahami makna menyeluruh dari teks Wedhatama dalam lagu Gombloh sebenarnya tidak cukup sekedar usaha penerjemahan saja, melainkan juga analisa yang panjang-lebar terkait dengan filosofi, hubungannya dengan fungsi referensial bahasa dan sebagainya. Dalam kesempatan ini kami terlebih dahulu mencoba memberikan ulasan tentang kata 'Hong Wilaheng’. ‘Hong Wilaheng’ adalah dua kata yang ditambahkan Gombloh sebagai reffrain lagunya, yang sebenarnya dua kata tersebut tidak tertulis dalam serat Wedhatama.

Sansekerta sebagai bahasa yang memiliki pengaruh cukup kuat dalam membentuk bahasa Jawa saat ini juga tidak ditemukan frasa 'Hong' maupun 'Wilaheng’; namun pemakaian kata Hong Wilaheng sendiri kerap ditemukan dalam doa yang diucapkan oleh para dalang. Dalam uraian Padmosoekotjo (1960), bab ‘mantra dalang’ dituliskan doa 'Hong Ilaheng Awighnam Astu Nama Siddham'. Penulisan itu sangat mirip dengan doa umat Hindu dalam bahasa Sansekerta, 'Om Awighnamastu Namasiddham'; dalam dunia pedalangan di Jawa Barat kita juga mengenal 'Hong Arcanamarya'. Dua frasa ‘Hong’+’Wilaheng’ atau ‘Hong Ilaheng’ telah umum dipakai sebagai pambukaning jagad pakeliran atau kalimat awal yang diucapkan dalang untuk membuka pertunjukan, demi mengajarkan tentang kebaikan; jadi, pemakaian kata 'Hong' dalam bahasa Jawa sebenarnya sudah tidak asing lagi.


Makna kata 'Hong’

Kami telah melakukan banyak diskusi dengan para penggiat sastra Jawa, dan dari diskusi tersebut didapatkan berbagai pendapat tentang makna dan fungsi kata 'Hong' yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. 'Hong' merupakan pengucapan lokal dari frasa 'Aum', dari kepercayaan Hindu. Frasa 'Aum' dipakai dalam doa pemujaan kepada Hyang Widhi, yang memiliki makna bahwa dunia seisinya adalah perputaran antara kelahiran, kehidupan dan kematian. Doa dengan menggunakan awalan 'Aum' atau 'Hong’ dapat berarti ucapan doa meminta perlindungan agar dunia dilindungi oleh berkah Hyang Widhi yang berkuasa atas perputaran tersebut;

2. Frasa 'Hong’ digunakan dalam olah samadhi, sebagai vibrasi prana atau olah nafas dengan tujuan untuk menyatu (manunggaling) dengan vibrasi alam, suara semesta; maka dari itu pengucapan frasa ini dalam mengawali olah samadhi diucapkan dengan nada panjang.

Jadi kuat dugaan asal muasal kata 'Hong' berasal dari kata 'Aum' dari bahasa Sansekerta. Kata Aum dalam pelafalannya dibaca 'Om', dan ketika masuk Nusantara, pelafalannya yang dihembuskan dengan awalan helaan nafas menjadi 'Hong’. 

Selain dalam pembuka pewayangan, dalam literasi Jawa frasa ‘Hong’ banyak ditemukan, seperti misalnya dalam naskah lama Pustakaraja Purwa (disusun oleh Padmasusastra,1923) yang menyebutkan kalimat Hong wèhên pranawa samêh sebagai doa pembuka naskah, juga naskah Sang Hyang Siksakanda yang menyebutkan kalimat hongkara nama sewaya, sembah hulun di pancatatagata, juga dalam buku Kejawen terbitan Balai Pustaka tahun 1930 juga berkali-kali menyebut frasa 'Hong’, khususnya dipakai sebagai doa, seperti misalnya kalimat Hong buwana langgêng, ulun trima, kita mangèstuti ulun. Tradisi pengucapan 'Hong’ rupanya masih terus berlangsung dan tetap dipakai oleh masyarakat Jawa, khususnya dari aliran kepercayaan, namun kalangan Islam Kejawen sebagai sinkretisme kepercayaan Islam-Jawa, juga tetap memakai frasa 'Hong’, contohnya telah disebutkan sebelumnya, yakni dalam dunia pedalangan yang banyak diantaranya memasukkan unsur-unsur ajaran Islam sebagai sarana dakwah melalui kesenian, namun tetap menggunakan kata awalan 'Hong’ sebagai pambukaning pakeliran..


Makna kata Wilaheng

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Wilaheng adalah gabungan dua frasa : Illahi+Hyang. Pendapat tersebut berawal dari dugaan dimana banyak penganut kepercayaan atau dalang ketika pambukaning pakeliran kerap menyebut ‘Wilaheng’ dengan menyingkatnya sebagai ‘Ilaheng’ saja; namun pendapat tersebut belum dapat diterima, karena penyebutan 'Illahi' dan 'Hyang' kurang memungkinkan untuk disebut atau digabungkan menjadi satu kata. Seperti kita tahu, 'Illahi' dan 'Hyang' sama-sama merepresentasikan penyebutan Tuhan, dan kami berpendapat bahwa penyebutan dua nama Tuhan kemudian dipadankan menjadi satu kata memang kurang lazim digunakan. Di dalam kamus Sansekerta, kata 'Wilaheng’ juga tidak ditemukan; jadi kuat dugaan bahwa kata 'Wilaheng’ adalah kata asli yang diciptakan oleh masyarakat Jawa.

Filolog UGM, Abhimarda Kurniawan memberikan analisa yang menarik tentang arti kata 'Wilaheng'. Menurutnya, 'Wilaheng’ merupakan frasa yang sebenarnya adalah gabungan dari dua kata, yakni 'Wil' dan 'Aheng'. 'Wil' atau 'Wiwil', atau 'Uwil' adalah sejenis mahluk demonik raksasa sebagai simbol keburukan, sedangkan 'Aheng’ terbentuk dari 'a'+'hyang', yang kemudian pengucapan lokalnya menjadi 'aheng'. Afiks verba 'a’ dalam konteks tersebut menunjukkan proses 'ke arah' atau 'menjadi', atau becoming. Jadi 'Aheng’ atau 'Ahyang' lebih tepat diletakkan pada konteksnya, yakni memiliki arti 'kembali kepada...’.

Di dalam khasanah pernaskahan Jawa lama juga banyak disebutkan kalimat 'manusa aheng', 'pulung aheng', 'buta aheng' dan sebagainya; jadi dapat dikatakan bahwa kata 'Wilaheng’ adalah semacam keyakinan bahwa segala keburukan akan kembali padaNYA, atau disirnakan olehNYA.


Kesimpulan

Pengucapan ‘Hong’ secara fonologi diucapkan dengan menggeser bunyi anusvara melalui labial (bibir), ke arah glotal (tekak) sebagai awalan pembuka yang diucapkan secara panjang, sebagai vibrasi prana, kemudian diikuti dengan kata ‘Wilaheng’, atau kerap dibaca 'Ilaheng' sebagai doa atau keyakinan bahwa segala sesuatu akan kembali padaNYA. Di dalam kitab Purwa Bumi Kamulan, disebutkan pula kata 'Hong Wilaheng’ beserta uraian tentang kosmogoni. Berdasarkan uraian dari kitab tersebut dapat diartikan bahwa mantra 'Hong Wilaheng' memiliki tujuan untuk eksorsisme, penenangan atau ketenangan diri (aswasa) dengan membalikkan proses kosmogoni, bahwasanya alam semesta seisinya ini berasal dari Tuhan atau 'Hyang’, dan semua akan kembali padaNYA. Mantra 'Hong Wilaheng’ dan kitab Purwa Bumi Kamulan sendiri hingga saat ini menjadi pegangan bagi para pandita 'sengguhu' di Bali, pandita di Tengger, serta menjadi pedoman utama bagi para agamawan pada abad 16-17.


Penutup

Dapat dikatakan bahwa Gombloh adalah jenius musik sekaligus pengamat sastra Jawa lama. Dengan berani ia memasukkan kalimat 'Hong Wilaheng’ yang sebenarnya tidak ada dalam keseluruhan naskah Wedhatama yang ia cuplik dalam lagunya. Gombloh bukan semata melengkapi reffrain atau sekedar pemanis saja, melainkan ia mencoba memberi jeda dalam setiap pembacaan bait Wedhatama, bahwasanya ketika memahami segala kebajikan dan ilmu luhur dari teks tersebut, ada kalanya kita harus memberinya jeda, lalu berdoa kepada Hyang Maha Tinggi, Maha Kuasa, demi ketenangan diri, bahwa semua yang ada dalam semesta ini akan kembali padaNYA. ‘Hong Wilaheng' adalah juga sebuah usaha Gombloh untuk memberi sebuah kesimpulan tentang keseluruhan serat Wedhatama. Keluarbiasaan yang tak dapat disamai oleh musisi-musisi atau seniman-seniman pada eranya, bahkan hingga kini. Pemikiran Gombloh melampaui zaman. Ia bukan sekedar penyanyi, melainkan juga seorang filsuf sekaligus sastrawan.



----

Thx to : Abhimarda Kurniawan, Bapak Purwanto Heri, Kang Rda Arvin Halim & kawan-kawan Mogers Indonesia.


Monday, August 17, 2020

Yesterday dan Langkah Awal Perjalanan Panjang

 


Awalnya keenam orang itu disetel sebagai grup pendamping; namun malam itu Bimbo secara mendadak berhalangan hadir, dan mau tidak mau beban sebagai penampil pamungkas terletak di pundak mereka berenam.

Beban yang sedemikian besar ternyata tak membuat gentar keenam musisi itu. Secara bergantian mereka melagukan tembang-tembangnya yang ternyata mampu membuat penonton secara perlahan melupakan Bimbo sebagai grup yang sebenarnya sangat ditunggu-tunggu.

Pada lagu kesekian, keempat pria tiba-tiba undur diri, dan hanya menyisakan dua gadis belia di atas panggung, yakni Ita Soedewo dan Rieke Soelistiari. Perlahan lampu sorot mengarah pada dua gadis remaja yang ketika itu masih SMA. Suasana mendadak sunyi, namun tak berapa lama syahdu menyeruak setelah jari-jemari Ita dengan lincah memainkan tuts demi tuts piano, disusul suara merdu Rieke yang memenuhi seisi ruangan. Para penonton tenggelam dalam alunan lagu 'Yesterday' milik The Beatles yang dibawakan dengan apik oleh keduanya.

Ketika lagu itu selesai dinyanyikan, keempat pria itu kembali lagi ke atas panggung. Mereka berenam memungkasi penampilannya dengan gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai membahana.

Malam itu menjadi penanda awal meroketnya nama Lemon Tree's anno '69 di Surabaya sebagai band pengusung Folk Song, dan digawangi oleh enam orang : Gombloh (vocal,guitar), Leo Kristi (vocal,guitar), Naniel C Yakin (flute), Teo (lead guitar), Ita Soedewo (keyboard) dan Rieke Soelistiari (vocal). Mereka berenamlah yang mengguratkan karier awal Lemon Tree's yang kelak dalam perjalanannya para personil berjuang dengan jalannya masing-masing hingga hanya tersisa Gombloh seorang diri yang sekuat tenaga mengibarkan bendera.

Masih membekas dalam ingatan Ita Soedewo, beberapa detik sebelum ia dan Rieke tampil berdua, ketika itu secara kebetulan Gombloh dan Leo Kristi berbarengan mengucapkan kalimat yang sama :

"Saatnya anak muda di depan.." 

Friday, April 17, 2020

Sekar Mayang (1981) - Gombloh & Lemon Tree's anno '69 : Full Lirik


Sekar Mayang adalah album Gombloh satu-satunya yang berbahasa Jawa. Album ini ada di bawah naungan Golden Hand Record dan dirilis pada tahun 1981. Album ini juga merupakan penanda berakhirnya kerjasama Gombloh dengan Golden Hand Record, karena setelah album 'Sekar Mayang', album-album Gombloh selanjutnya ada di bawah naungan Chandra Record & Nirwana Record.

Album ini sangat menunjukkan antusiasme Gombloh dalam mempopulerkan kembali sekaligus menggali nilai-nilai luhur budaya Jawa dan mengolahnya dalam bentuk lagu agar dapat diterima oleh masyarakat. Terbukti, upaya Gombloh cukup berhasil. Banyak orang yang kembali mengulik Serat Wedhatama karangan Mangkunegara IV setelah mendengarkan 'Hong Wilaheng', atau menggali kembali serat-serat sastra Jawa Lama setelah mendengar 'Sekaring Jagad', 'Nabi Yusuf', 'Babad Dhamarwulan' dan sebagainya, dimana lagu-lagu tersebut mengandung lirik yang diambil dari serat sastra Jawa Lama.

Eksperimen Gombloh dalam album ini -mengutip Sapardi Djoko Damono- merupakan bentuk alih wahana teks sastra ke dalam bentuk irama musik modern, dan dengan cara itu sastra Jawa nyatanya lebih dapat membumi. Dengan demikian tidak salah bila orang menyebut Gombloh selain sebagai pemusik, juga merupakan sastrawan dan pemerhati serta pelestari nilai-nilai kearifan lokal.

--------- --------- --------- --------- --------- --------- -------

SIDE A


SEKAR MAYANG

Mingkar mingkuring angkara
akarana karnan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
sinubo sinukarta
Aduh Gusti, pakertining ngelmu
Ingkang tumrap ning tanah Jawa
Agama ageming aji
Sapa entuk wahyuning Allah,
gyoh dumilah mangulah ilmu bangkit
Bangkit mikat reh mangukut,
kukutaning jiwangga

Yen mangkono kena sinebut wong sepuh
Lir ing sepuh
sepi hawa
Awas roroning atunggil

Ingsun ing arcapada, urip kudu nerima
Karsaning sang pangarsa, tuhu setya utama
Ingsuning arcapada, urip kudu nerima
Karsaning sang pangarso, tuhu setya utama

Hong wilaheng sekaring bawana langgeng, sekar mayang
Hong wilaheng sekaring bawana langgeng, sekar kajang
Hong wilaheng sekaring bawana
Hong wilaheng sekaring bawana



LINDRI - LINDRI

Lindri adang telung kati lawuhe bothok teri
Lindri adang telung kati lawuhe bothok teri
A ditutul mak net net, a diemplok plok,
a maktelep lep

Lindri adang telung kati lawuhe semayi
Lindri adang telung kati lawuhe semayi
A ditutul mak net net, a diemplok plok,
a maktelep lep

Pacak gulu cingkir
aduh yayi sendal pancing
Pacak gulu cingkir
aduh yayi sendal pancing
A diemplek plek gung 3x

Pacak gulu cingkir
aduh yayi sendal pancing
Pacak gulu cingkir
aduh yayi sendal pancing
A diemplek plek gung 6x

A di tutul mak net net,
a di emplok plok,
a maktelep lep
A di tugel mak thel thel,
A dicaplok plok
a makjegluk gluk
A didudul mak dul dul, a dielep lep



KARANGKITRI & KARANGKITRI

Wis temelung jago kluruk
bangun esuk ocehing manuk
sawah-sawah kebak pari
kacang jagung, telo kapri   
Swarganing among tani
lumbung-lumbung kebak pari
Swarganing among tani
lumbung-lumbung kebak pari
Lumbungku kebak pari
kluargaku wis klakon mukti

Barisanku wong kang kari
barisanku tak tresnani
Mugo-mugo gya lestari
among tani biso mukti

Murah sandhang klawan bhekti
urip tentrem tur gemati
Murah sandhang klawan bhekti
Urip tentrem tur gemati
Lumbungku kebak pari
kluargaku wis klakon mukti

Ing tegal pekaranganku
Rame bocah dolanan
Gangsingan lan layangan
Amrih sepi ing kahanan
Lumbungku kebak pari
kluargaku wis klakon mukti

Swarganing among tani
Lumbung-lumbung kebak pari
Lumbungku kebak pari
Kluargaku wis klakon mukti
Murah sandhang klawan bhekti
urip tentrem tur gemati
Lumbungku kebak pari
kluargaku wis klakon mukti
Kluargaku wis klakon mukti



MITRA BECAKAN

Becak pinancal alon
ngalor lan ngidul, ngetan bali ngulon
Udan lan panas, tanpa ginagas
Ceperan ngepas, nggo tuku beras       
Amrih cukup saben dinane
Amrih cukup sandang pangane
Sing luwih penting, dandang ora ngguling
eling

Awak yen lagi apes pepes
udane deres, clono klambi teles
Atine nekad, sikil ora kuat
udan keparat, bledeg wur kilat
Ra sarapan, esuk wis mangkat
Weteng kroncongan, mengine kumat
Opo arep kiamat, urip kesrakat, gawat..

Abote ngupadi sandang lan boga
Kanggo srono urip sa garwo putro
Teka angel ginayuh, ginayuh ing mukti
Jurang jurang jero mowo eri
Wohe maren sanepane ingsun eling mring Hyang Widhi, duh Gusti...



BABAD DHAMARWULAN

Ing wengi abyor lintang kumedhap
Rinenggo ing swara asesuko
Jangkrik kumbang permoro
Asung mangayu bagya
maring kang lumaksono
Anelasak nusup wonowoso

Nenggih sang bagus Damarwulan
Putra kinasih Patih Udhara
Siswa sang palu ombo
Wiku sekti mandraguna
Mangkono cinarito jaman sasi
wus laju lampahnya
Ingsun marak maring sang ratu... wowowo

Sabdo palon noyo genggong
Abdi punakawan
Sabdo palon noyo genggong
Lucu setyo lan rumekso
Ai ai ai ai ai ai ai ai ai ai iyaa

Wis suka pari suka jejampi klawan tombo, panglipur ing sungkowo 2x
Sabdo palon noyo genggong
Abdi punokawan
Sabdo palon noyo genggong
Arso marak maring sang ratu... wowowo



SEKARING JAGAT

Ocehing prenjak baskoro sumilak
sela selaning banyu sumilir
Tan dirasa ingsun nembang
tan dirasa anglangut
Elok eloking jagat
endah endah ing nuswantoro

Gandaning sekar bebar anggembar
Angrobi swasono padesan
Tan dirasa ingsun nyawang
tan dirasa ang nglangut
Elok eloking jagat
endah endah ing nuswantoro

Para tani nambuh karti
menyang sawah nggiring sapi
kanthi tekad wojo
Para cantrik nggentur laku
poro wiku paring ilmu
kanthi tekad wojo

Para sinden nembang mijil
reh budaya kang manunggil
kembange nuswantoro
Ingsun melu anggembyungi
Nembang mijil amemuji
Kembange nuswantoro

Ocehing prenjak baskoro sumilak
Sela selaning banyu sumilir
Tan dirasa ingsun nembang
Tan dirasa ang nglangut
Elok eloking jagat
Endah endahing nuswantoro
nuswantoro

--------- --------- --------- --------- --------- --------- -------

SIDE B


KINTAMANI

Rerengganing patut asri dinulu
Tirtane balumbang wening gumrining
Katon kuncoro teja ing pulo Bali
Klakon kuncoro pamore pulo Bali

Tlogo kintamani mring jinejering
Taman hargosuko mring pepindane
Pepak rinenggo sari sekar sekar
Kalak kenongo kwan mawar gondo arum

Pulo Bali tansah anglilir
kawulo dasih makarti
Tebih saking laku duskati
samyo kambah ing tyas ayu
Kemarak haryo basuki

Kupu tawon gantrung banyak kambangan
Kasukan ing driya ceciblon samya
Kintamani memaniking bawana
Kintamani sesotyaning bawana
Kintamani memaniking bawana
Kintamani sesotyaning bawana



KIDUNG NUSWANTORO

Mega kuwung teja wangkowo
Samyo angrenggani
Wanci ratri wijiling condro
Ing wulan purnomo
Rerenggane ing antariksa
madangi jagad raya
Tasik hargo nyang wonowoso

Merah indah pucuking wukir
Semu bang cahyanyo
Wijing suryo daru kartiko
Surem ing cahyanyo
Hyang Haruna sabda pukilo
Amulat jagat raya
Nuswantoro abyor trawaca

Ingsun mijil, Ingsun Mukti, Ingsun mati
Mring Nuswantoro Indonesia wus dewoso
Mring Nuswantoro Indonesia wus amaseso
Mring Nuswantoro Indonesia Ing kuncoro



PRAHORO - PRAHORO

Rangu rangu ngngeya ang laras larasing dunyo sajeroning kalemaras
Yen pineleng elok tur nglangut
mring lakuning rat mubeng mingering jagat
Kahanan alam datan pono
angin midit kilat lan thathit
Tumiyub lesus gumesus
Ombang agung ing samudra
Prahoro kadyo kinebur
dunyo sak isine gya lebur

Tan kocapo risang Kusuma
Dyah Dewi Shinta Prabu Rama Wijaya
Jroning wono andon sih trisna
langen asmoro kinasih ing para dewa
Katungko praptaning bebaya
Prabu Rahwana dur angkara
Sang Dewi Shinta kacidra
Rinebut wani binoyo
Maring Ngalengka Diraja
dumyusup ing Jaladara

Karsaning kang akaryo jagat
titah sak derma anglampahi



JURU MINO

Alon tumiyub angin segara
gumricik swara ombak, banyu anglerap
Byak byuk swarane kayu welak
kagelar layar megar banyu binelah
Wis laju prahu nelayan
ngupoyo sandang pangan
Samudra segara lautan padhang, hmm….

Sore mangkat ngupadi iwak
ing tengahing samudra kasempyuk ombak
Adoh nilas semah lan anak
kanthi dungo lan puji, kalis tanpa balak

Wis laju prahu nelayan
ngupoyo sandang pangan
Langite lintange wulane padhang

Ing pamuji Gusti Allah,
mugi kerso anjangkungi
Ing pamuji Gusti Allah
mugi kerso angayomi

Adoh nilas semah lan anak
kanthi dungo lan puji, kalis tanpa balak
Wis laju prahu nelayan
ngupoyo sandang pangan
Langite lintange wulane padhang

Ing pamuji Gusti Allah
mugi kerso angayomi
Ing pamuji Gusti Allah



SABDO & WEJANGAN

Kalung rumpi endah nira
kenthe kencana ning tresna
Mumpung maksih mudha truna
urip ning dunyo ya muspra
Ayo nguja kersanira
endah edi ning bawana
Karya asri ning sarira
Karyo asri ning sarira

Karyo sengsem ning wardoyo
Langen suka pari suka
Tyas ing suka yung yunarso
Aduh aduh lepat margi
Marga sesat tak tlusuri
kiraning lali ing janji
Kita urip bakal mati
Kita urip bakal mati

Ya Allah, Yaa Allah

Aduh Pangeran
Kawula sumarah ing paduka
Aduh pangeran
Katutna maring margi utama
Kang Maha Agung, Kang Maha Luhur
Amrih lila amrih nrima
Tinebihna ing panggodha
Ing rencana
Ing poro iblis
Ing poro jurig

Ya Allah, Ya Allah



NABI YUSUF

Liring netra manis, prasaja lewanira
Pantes sesolahe, aluwes jroning manah
Pasalira alus miwah pakarti nira
tan wonten kuciwa
Miwah pancuring wadono
Le sasi purnomo wojo miji timun

Asma Nabi Yusuf tanpa tandhing baguse
Mring dedeg keng luhur, asem apahit juruh
Pakulitan lirmas, kadya sasi purnamane
Rikma ngembang bakung
Nabi Yusuf sampun yayah
Welas tahun yuswo, wus pecaking pamor
Nabi yusuf tan kagungan
watak adigang adigung
Opo dene adiguno dursilo
Nabi Yusuf tinuladha
Ing para dasih kawula
ing prabowo amrabowo tuladha

----------

NB : Lirik berasal dari kiriman Dodi Yuliadi, salah satu admin Memories of Gombloh. Foto berasal dari Google.

Sunday, April 12, 2020

Pesan Buat Negriku (1980) - Gombloh & Lemon Tree's anno '69 : Full Lirik Gombloh


Pesan buat Negriku adalah album Gombloh yang kelima. Album ini dirilis pada tahun 1980. Isi album tersebut masih kental dengan lirik-lirik idealis Gombloh, namun juga disematkan dua lagu jenaka seperti 'Komplikasi' dan 'April Mop'. Dalam album ini pula terdapat lagu berjudul 'BK', yang merupakan singkatan dari 'Bung Karno'. Gombloh memang seorang Soekarnois yang terpaksa menyingkat nama sang proklamator dalam judul lagunya, bahkan tak secara langsung menyebut namanya karena adanya sensor ketat dari rezim Orde Baru. Di album ini pula Gombloh menunjukkan kelasnya sebagai pencipta lirik puitis dalam lagu 'Polygami & Polygami'. Ia mengartikan Poligami bukan dalam arti sesungguhnya, yaitu sekedar hubungan tiga manusia yang kasih-mengasihi, namun lagu ini merujuk pada kehidupan keluarga nelayan dan lautnya.


SIDE A


Pesan Buat Negriku

Di kaki-kaki bukit
aku kan menunggumu
Di batas angan-angan
aku kan memelukmu

Rentangkan tanganmu 
bangunkan aku dari mimpi-mimpimu
satu... fatamorgana

Di nafas-nafas tegas
Aku kan memujamu
Di batas-batas pandang
Aku kan melukismu

Dan nyanyikan lagu
Dalam nyanyian yang panas
Membakar relung rakyatku
Sanubari

Ya mentari kan bersinar
Matamu kan berbinar
Merpati menyapamu

Ya tanganmu kan menggenggam
Buka sribu jendela
Membawa kepastian
Ya lesung-lesung berlagu
Dari kampung nan jauh
Rindukan kata cinta

---------

Komplikasi

Sebuah kisah cerita tentang Samad
Anak manusia mewakili jamannya
Bertampang acuh tak pandang bulu
Belajar akting Cassanova mbeling
kelas picisan

Bergerombol dengan teman sebaya
Bersepakat dengan anak tetangga
Tak peduli hujan tak peduli setan
Menggoda gadis walau cuma meringis
bikin keki

Alkisah si Samad ketemu sang pacar
Anak gadis perawan mantri cacar
Berdekatan rapat subuh jam empat
Muka toko kelontong punya bapak A-Tong bermesraan

Fatimah nama perawan centil
Olahraga alasan paling aktuil
Berlari pagi mata mencari
Walau sebentar ketemu sang pacar
Dasar tengil

Nasib sial menimpa keduanya
Bapak mantri cium bau keringatnya
Tiba-tiba nongol kaya setan ancol
Pak mantri mengumpat
perang dunia keempat salah tempat
Kirim ketupat si Samad melompat
Sayang terjatuh menimpa bakso tai kerbau.

---------

Perkawinan & Oktober '28

Mudik angin tengah padang
Sapa lembut dedaunan
Kan bertanya, kau siapa
Tegap tegar di jauhan
Berselimut rasa bernafaskan bangsaku

Unggas-unggas di pematang
Lumut-lumpur di batuan
Kan bertanya engkau siapa
Yang tengadah dan mengharap
Bersemangat bara bercitrakan negriku

Kan kaupilih kan kaupilih
Persada dan persada
Kan kaupilih kan kaupilih
Kematian yang fana

Ternyata
semangatmu tidak sendirian, kawan...
Hey!

Dentang genta lapat-lapat
Bisik halus telingaku
Kan bertanya kami siapa
Yang bersatu dalam cita
Langkah ke depan
Berhasratkan merdeka

Kan kaupilih kan kaupilih
Persada dan persada
Kan kaupilih kan kaupilih
Kematian yang fana

Ulurkan tangan dan ucapkan
bait-bait sumpah pemuda
Hey!

---------

BK

Bercadar sutera hitam
Terawang jauh di depan
Diiring doa-doa panjang
Mengiringkan kau pergi semayam

Putra terlahir dari bangsaku
Pencetus tekad penyatu
Putra terlahir dari kaumku
Membawa bangsa menuju .....
Tanah - tanah merdeka

Bercadar sutera hitam
Terawang jauh di depan
Diiring doa-doa panjang
Mengiringkan kau pergi semayam

Teriring genggam erat erat
Saudara-saudaramu
Kuingin jabat rapat-rapat
Jemari-jemarimu

Kau tatap mata mata bangsaku
Kau sentuh rasa dengan senyumu berbakti

Putra terlahir dari bangsaku
Pencetus tekad penyatu
Putra terlahir dari kaumku
Membawa bangsa menuju
Tanah - tanah merdeka

Bercadar sutera hitam
Terawang jauh di depan
Diiring doa-doa panjang
Mengiringkan kau pergi semayam

Inalillahi wa Inna lillahi roji'un

---------

Polygami & polygami

Riak-riak lautan
Tampar perahunya

Ikan layang-layang
Iring disisinya
Nelayan bertandang
Dengan pukat dan jala
Keringat badannya
campur garam laut

Nelayan bertandang
Dengan pukat dan jala
Keringat badannya
Campur garam lautan

Berangkat pagi usai di senja
Bawa ikan segar imbalannya
Hasilnya

Nelayan dan laut dua serangkai
Tak terpisah bagai kekasih
Pukat dan jala, perahu berkawan
Kadang angin turut berteman
Laut sbagai tempat bertandang
Tempat mengadu nasib
Lumba-lumba teman bersiul
Uuu.. aaa.. uuu.. aaa..

Nelayan bertandang
Dengan pukat dan jala
Keringat badannya
Campur garam lautan

Berangkat pagi usai di senja
Bawa ikan segar imbalannya
Hasilnya

Nelayan dan laut kadang bertengkar
Bagai suami istri layaknya
Jiwa dan raga jadi taruhan
Kadang pulang hanya tinggal nama

Laut sbagai istri kedua
Bermadu dengan istri tercinta
Tanpa cemburu keduanya
Uuu.. aaa... uuu... aaa...

---------

Halusinasi & Halusinasi

Kembang mekar di hatiku
Ketika kupegang tanganmu
Sejuta kata telah kusiapkan..uu..

Tapi berat kukatakan
Walau hati telah berkenan
Karena aku bukan perayu

Tak kusaingkan engkau dengan rembulan
Walau kutahu pasti tentang itu
Yang kubayangkan betapa membahagiakan dengan anakku
Lahir dari rahimmu

Walau kau bukan milikku
Tak kupikirkan tentang itu
Walau cemooh menimpaku
Tak kuberatkan tentang itu

Engkau senyum kepadaku
Walau itu halusinasiku
Rona merah menjalar di wajahmu

Ketika kusandarkan diri
Kucuma menatap mimpi
Tapi aku tak menyesal nanti.. uu..

--------- --------- --------- --------- --------- --------- --------

SIDE B


Mimpi Cucu Abunawas Generasi '74

Hari itu mentari tepat di ubun-ubunku
panas
Temperatur celcius
tunjuk angka empatpuluh
lepas

Sengatan terasa tembus pori bajuku
Cucuran keringat tak terasa membuat haus

Pancaran sinar dari aspal jalanan
biaskan warna bentuk fatamorgana

Manusia berteduh binatangpun mengeluh
Jalan-jalan lengang burungpun tak terbang

Angin-angin panas bagai nafas neraka tak terasa layukan tumbuhan di bumi tua

Merah dan hitam melingkar di tubuh
Menggigil
Dan aku teriak.. Oo Oo Oo

Geram dan gertak melingkar keliling
Memanggil
Dan aku teriak.. Wooo!!

Mesin-mesin dan keringat
Tangis tawa yang mendesak
Humus-humus nan merapat
Caci-maki dan doa-doa
Menghablur dalam perang, dalam bencana, dalam keruntuhan pribadi
Kelompok manusia berlutut meminta
Kelompok manusia mengucap berbisik..uuu
Kelompok manusia tengadah relung doa.. Ya Allah
Kelompok manusia menatap merintih
Ya Tuhan! Ya Tuhan! Tolonglah!
Ya Rabbi! Ya Rabbi! Ulurkan
Ya Gusti! Ya Gusti! Padamkan
Ya Allah! Ya Allah! Perang nuklir!

Manusia berteduh binatangpun mengeluh
Jalan-jalan lengang,
burungpun tak terbang.. ah..

Angin-angin panas bagai nafas neraka tak terasa layukan tumbuhan di bumi tua

---------

April Mop
?????

---------

Imajinasi-Imajinasi

Berarak gelembung imajinasi
Melayang lurus di jauhan
Membentuk anatomi fosil berkarat
Bergiat ke timur menantang topan

Berdesak ikatan halusinasi
Membentang lurus difokuskan
Membantu para teri gerak ke depan
Berdetak ke timur menantang topan

Gerakan yang berayun
Irama yang mengalun
Tatapan yang menahun
Rabaan yang beruntun

Halusinasi imajinasi
berkembang di benakku
Improvisasi warna duniawi
Bergambar biru waktu

Di batas-batas reaksi
Kadang ku terasa tercekam
Di batas-batas situasi
Kadang ku menguat kadang ku mengeras kadang ku menghentak

Sinopsis, sinopsis, sinopsis

Berarak gelembung imajinasi
Melayang lurus di jauhan
Membantu anatomi fosil berkarat
Bergerak ke timur menantang topan

---------

Indonesia Kami. Indonesiamu. Indonesia Kita

Halo Indonesia!
kerikil adalah pupurmu
Padi dan kapas adalah bajumu
Indonesia bermakna

Halo Indonesia!
Ilalang adalah rambutmu
Gunung dan bukit adalah gigimu
Indonesia bergema

Indonesia kau sahabatku
Indonesia kau juga Ibuku
Indonesia kaulah juga cerminku, sayang...

Halo Indonesia!
Tradisi adalah figurmu
Sketsa dan pena adalah lidahmu
Indonesia bertema

Indonesia kau sahabatku
Coba kau hapus gincu bibirmu
Buang tingkah genit manjamu, sayang...

Indonesia kau sahabatku
Tegak berpijak di merah tanahmu
Cairkan makna dengan senyummu..
Gemah ripah loh jinawi

---------

Kilang-kilang

Andai kau bisa berkata
Mungkinkah engkau ceritakan?
Andai kau bisa bertanya
Mungkin jawabnya tak kau temukan

Keras hidupmu, hitam kabutmu
Telanjang bekerja di tengah terik dunia menyengat

Membekas luka membiru
Itu perhiasan di tubuhmu
Kilang-kilang kan jadi saksi
Dera-dera menimpa diri

Gerbong yang panas
Pohon meranggas
Penghalang pandang
Pemisah dengan dunia yang lepas

Sesendu doa kau ucapkan
Sesumbang lagu kau nyanyikan
Menunggu detak-detak waktu
Dimana ajal datang menjemputmu pulang romusha

Andai kau bisa berkata
Mungkinkah engkau ceritakan
Andai kau bisa bertanya
Mungkin jawabnya bisa kau temukan

---------

Patuhkah Emakku

Naa.. naa... naa.. naa..

Di sklilingmu...
Ombak-ombak badai
Menampar paras dirimu

Di sklilingmu...
Lecut-lecut cambuk
Membalut merah tubuhmu
Depanmu jalan bersilang
Langkah perempuan pasti
Di jalur yang kasih
Mencari sinar kehidupan alamku
Yang terlahir

Di sklilingmu...
Gemerlap cahaya membuat silau mataku

Di sklilingku...
Warna-warni bunga
Membuat merah diriku

Depanku jalan terbentang
Tapi kujangkau bintang
Di jalur yang fana
Mencari peri kehidupan duniawi
Yang terlahir

Kadang ku enggan berfikir
Kadang ku enggan berdzikir
Kadang ku enggan berlabuh
Berpijak jalan semu

Kadang ku merasa bangga
Kadang-kadang ku lupa
Mutiara-mutiara kata
terlepas dari mulutmu
Agar aku butuh yang menuntunku
Berjalan

Dan kata orang surga di telapak kaki ibu

Di sklilingmu
Ombak-ombak badai
Menampar paras dirimu

Di sklilingmu...
Lecut-lecut cambuk
Membalut merah tubuhmu
Depanmu jalan bersilang
Langkah perempuan pasti
Di jalur yang kasih
Mencari sinar kehidupan alamku
Yang terlahir

Kadang ku enggan berfikir
Kadang ku enggan berdzikir
Kadang ku enggan berlabuh
Berpijak jalan semu

Kadang ku merasa bangga
Kadang-kadang ku lupa
Mutiara-mutiara kata
terlepas dari mulutmu
Agar aku butuh yang menuntunku
Berjalan... di sisimu...

---------

FYI : Penulisan album ini hanya berdasarkan pendengaran semata, jadi bila ada masukan atau koreksi akan sangat berguna bagi kami. Mohon maaf kami tidak bisa menuliskan lirik lagu berjudul 'April Mop' karena tidak begitu jelas pelafalannya, juga karena dinyanyikan dengan warna vokal jenaka dan bahasa yang bercampur baur indonesia-jawa-belanda.

Wednesday, April 8, 2020

Kebyar-Kebyar (1979) - Gombloh & Lemon Tree's anno '69 - Full Lirik


Album Kebyar-Kebyar dirilis oleh Golden Hand Record pada tahun 1979, tidak lama setelah album Kadar Bangsaku. 
Album keempat Gombloh & Lemon Tree's anno '69 ini menancapkan nama Gombloh dalam percaturan musik Indonesia setelah masterpiece dalam album ini, yaitu lagu 'Kebyar-kebyar' mendapat respon positif dari pecinta musik sebagai salah satu lagu nasionalis-patriotik yang tercipta di era modern. Lagu tersebut juga sempat menjadi soundtrack film 'Putri Giok'. Di kemudian hari lagu tersebut dinobatkan menjadi lagu nasional, bahkan banyak orang menyebut bahwa 'Kebyar-kebyar' adalah lagu kebangsaan nasional Indonesia kedua setelah 'Indonesia Raya'.


SIDE A


Kebyar-Kebyar

Indonesia merah darahku
Putih tulangku 
Bersatu dalam semangatmu 

Indonesia debar jantungku
Getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

Indonesia nada laguku
Symphoni perteguh
Selaras dengan symphonimu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

"Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kaupun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu"

Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu

Indonesia merah darahku
Putih tulangku bersatu dalam semangatmu

Indonesia debar jantungku
Getar nadiku berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-Kebyar pelangi jingga

---------

Selopen

Remang senja yang hangat mengelus mukaku
Bel sepeda anak sekolah 
ucap selamat padaku
Kutunggu datangnya bis kota 
yang membawaku ke rumahmu
Mengasyikkan!

Engkau memberi lampu hijau
Isyarat padaku
Ayahmu sedang mengurus bisnisnya
Ibumu pergi arisan
Kesempatan buat kita berdua memadu kasih berlaku 
Romeo dan Juliette versi Jawa

Aku berkhayal kayak Don Quixote
Berangkat slametan
Dengan khayalan di benakku
Berlaku persis jagoan
Segudang rayuan kusediakan
Walau kutahu ayahmu segarang macan.. gila!

Tapi apa yang kudapat disana
Ayahmu di beranda
Dengan kumis melintang lantang
Sikap tampang yang seram
Dengan perlahan kubalik kanan
Kembali pulang serta mengucap
"Amit-amit"

---------

Tari-tarian

Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu 
Pecah dan satu-satu
Mengembang di bentuk nyata

Bergerak dalam lagu
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni
Bergeprak di gerak rasa

Berpelukan yang erat
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang

Bergerak dalam lingkaran
Bergayut dalam tarian
Membentuk tingkah lugu
Bercanda satu-satu
Mengembang di bentuk nyata
Bergerai dalam madu
Membentuk sinom arti
Membias dalam seni

Berpelukan yang erat
Bermanja ..... Berdua-dua
Berdialog yang ramai
Dalam arena santai
Dalam jembatan permai
Dalam alunan denyut nadi yang kencang
Saat rembulan senyum
Saat bintang mengulum berdendang

---------

Pulau Rimbun Cinta

Seikat mawar merah
Kauberikan padaku
Sesaat ketika kuterbuai

Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

Seikat mawar putih
Suntingkan di rambutku
Berkembang merekah getar asmara
Meraba garba membuka 
getarkan tembang nada
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

Berpegang sehati menuju
Berpegangan melaju
Berdekat sehati berkayuh
Menuju pulau rimbunan cinta

Mengikat sukma terpana
Nyanyikan rasa asmara
Berjanji kami menyatu
Bernyanyi kami memadu
Bersentuhan jiwa

---------

Neraca Rasa dan Rasa

Tersirat tembus lurus pualam
Peneka warna
Terbujuk sukma kurus berpaling
Memandang dusta
Bergetar rupa alam dalam jangkauan
Melilit rasa semesta dalam rabaan
Meratas semu
Jeritan nurani

Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih
Berlapiskan racun yang menahun 
diri menghitam waktu keseluruhan

Gemerlap jalan silang menyesatkan pasak
Gemerlap sutra licin membingungkan asal
Dalam keputihan dasar yang bercampur dalam bejana bertepi ungu

Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak 
Di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan

Irisan merintih
Dalam puing reruntuhan kemegahan
Dalam buih 
berlapiskan racun yang menahun 
diri menghitam waktu keseluruhan

Terawang mentari penerang jalan persada
Temaram hati penerang di jalan maya
Dalam kerusuhan lama yang bercampur dalam bejana bertepi merah

Dan katakan pada tuhanku
Akan kucoba tegak di tempat yang dijanjikan
Yang dijanjikan
Yang dijanjikan

---------

Bulan Merah

Gelitik air sungai bening
Menyentuh tumpuan
Menyentuh akuan
Gelitik sang dewaniraya
Menyingkap sepuhan
Menyingkap rayuan

Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai
Dan perlambang kasih putih 
Meraba mesra
Di parasmu yang samar

Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu

Petikan harpa melaraskan raga
Kita sergap perlambang damai 
Dan perlambang kasih putih 
Meraba mesra 
Di parasmu yang samar

Menegur ku menyapa
Membias ku memuja
Mengetuk hatimu
Membelai rasamu
Membentuk cintaku

---------

Transmigran dan Transmigran

Berbondong-bondong mereka 
pria anak dan wanita
Membawa harta bendanya
Naik ke geladak kapal samudra
Sebagai transmigran
Buka tanah yang diberikan

Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Untuk kehidupan sosialnya
Di hari-hari kemudian

M'reka orang tak mampu
M'reka orang yang lugu
M'reka yang ditempatnya
Tak dapat hidup selayaknya
Untuk buka tanah di seberang

Angkat topi ke pemerintah
yang telah berusaha
Masyarakat adil dan makmur
Memberi kesempatan pada mereka
Duduk sama rendah
Berdiri sama tinggi
S'bagai warga negara

--------- --------- --------- --------- --------- --------- --------

SIDE B


Bendera-bendera 

Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang

Coretan pena-pena
lukis lontar-lontar penyuluh
pewaris kuat rangsang
berkiblatkan rasa kebangsaan
berbahasa waktu
kuning di tindakku
segar selaputku
berpagarkan karang terjal

Ku tak tahu mengapa
meremang kudukku
menggigil tubuhku waktu itu
ku tak tahu mengapa
sedih yang membekas
bilangan berbelas memelukku
derap merah putih biru
lewat laut lalu menjamah kotaku
pamflet nada tinggi kilat sangkur putih
tak menggiriskan,
tak menggetarkan jiwamu

Yell pekik dan keringat
memelosok sudut kota
alur nadi senada
Memateri rongga dada dan pecah
darahmu memerah saga,
merah di jalanan,
merah di runtuhan
berbau mesiu, berbau melati,
dan ku tandai hari itu
10 november 1945, merdeka! atau mati!

Rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu
halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu,
merah di garbaku,
putih di nafasku, bergelombang
rabaan jemariku
petik dawai-dawai mandolin

---------

Ijon

Kuberjalan di sawah-sawah 
dengan hiasan padi menguning
Kubersiul dan bersenandung
mawarpun mekar dihati

Tiba-tiba ku tertegun
kulihat seorang petani termenung
Suatu kontradiksi dengan alam sekitarnya

Kudekati dia yang duduk 
dan kutanya apa sebabnya
Dia duduk bertopang dagu
diantara bulir padi menua
Iapun berceritera
kiranya tengkulak
membeli padinya dengan harga murah
untuk membayar hutangnya

Sistem ijon masih terasa
bermukim di desa-desa
Nun disana tengkulak berkuasa
bagai raja kecil lagaknya
Iapun memerintah
para petani di desa dengan paksa
Petani menjadi pelayan di tanah miliknya

Oh Tuhanku berilah terang 
Berilah jalan lurah-lurah
Agar mereka dapat bekerja
Beri suka rasa rakyatnya
Sehingga petani hidupnya tenang tenteram
Di tanah miliknya
Berbinar mata menatap dengan mawar di senyumnya

---------

I Gde Mataram

Diantara rambu lalulintas
Tengah keramaian simpang empat
Dibawah terik sinar lampu dunia

Bertugas seorang polantas
Ia berpangkat pembantu letnan satu
Gede hitam berkumis 
bernama I Gde Mataram
Ia menolong siapa saja 
biarpun orang hina papa
I Gde Mataram
Ia menyalahkan siapa saja 
dari tukang becak sampai orang ternama 
kalau mereka bersalah

Bertugas dari pagi sampai sore
Dengan tidak mengenal arti lelah
Darma baktinya
disumbangkan untuk negara
Ia berpegang pada Sapta Marga
Sebagai sumpah prajurit utama Indonesia
Ia berpegang pada keadilan sebagai umat Indonesia yang beragama

Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Teladan prajurit utama
Ia seorang patut dicontoh
Oleh generasi muda
Ia seorang patut dicontoh
Penegak bangsanya.. uuh..
I Gde Mataram

Ia seorang patut dicontoh
Sebagai warga negara
Ia seorang patut dicontoh
Oleh warga kota dan semua

---------

Sinila dan Sinila

Kubersandar di pinus layang tumbang
Kulihat cendawan tumbuh di sela-selanya
Kupandang telaga di depanku yang tenang
Kulihat gelembung air di permukaan
Pecah satu
berganti dua,
pecah dua berganti tiga,
kadang kecil, kadang besar,
kadang berbunyi kadangkala sepi

Kuteringat filsafat tentang manusia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Mati satu kan lahir lainnya
Seperti gelembung di air telaga
Pya-pya-pya-pya-pya

Ku kan kaji filsafat bertuah

Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Beratus korban mengaduh
Beribu sanak menyedu
Sinila cengkeram
Sinila temaram

Gelegar berita bagaikan petir
Serasa perasa menyindir
Cerita Sinila bencana lahir
Sangkutkan manusia berfikir
Halimun hitam beracun
Menyengat nyawa menahun
Sinila cengkeram
Sinila temaram

Ku teringat hidup manusia di dunia
Kufikir hidup ini tak akan kekal
Bergariskan tabir yang kuasa
Bersisihkan rasa yang memaksa

---------

Loni Pelacur dan Pelacurku

Daun-daun jati terlepas-lepas
terbang melayang satu di badannya

Harum bunga campur bau kopi dengan perlahan singgah di hidungnya

Terdengar lirih helaan nafas perempuan itu ketika ia memasuki desanya
merasa tenteram
merasa damai penuhi rongga dadanya

Setahun sudah
ia meninggalkan suami tercinta,
anak tersayang dan desanya
mencari makan di kota-kota dengan bekal pakaian bekas

Daun-daun jati dan kuncup bunga
seakan memberi maaf kepadanya
karena ia kembali di desa dengan harapan manis di benaknya
telah ia jalani jalan yang sesat
Wanita malam kerja di lorong-lorong kota
tuk menyambung hidup suami yg sakit TBC di dada
Dan anaknya

Janganlah engkau hinakan dia
walaupun dia telah sesat di jalan
doakan dia, Tuhan merahmati
jalan hidupnya serta suaminya
supaya ia serta suaminya
dapat membangun mahligainya
dengan kemurnian cintanya
yang pedih

---------

Seblak-Seblak Bunga Elektronika

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang pipih berbusana rapi kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas... Semu

Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus 
menegur ramah menyapa halus
Kadangkala menangis rindu
kadangkala sombong 
bagaikan sodom 
seangkuh gomora
Gerak tangan terlatih
beriring ketepatan jadwal
Berpacu dalam arena bebas
Lepas

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Bunga elektronika
kumpulan ion dan rumus
Berserakan di padang randu keruh

Seblak-Seblak semayam dihatimu
Gertak-gertak menantang di depanmu
Panas hari selimut di tubuhmu
Panas hati menekan di dadamu
Kan kau diamkan 
Kan kau agungkan
Kan kau agungkan
Kau pongah gertak

Bunga elektronika
berkuncup biru dan merah
Berkelopak tangan bersenyawa
Berselimut asam arang
pipih berbusana rapi
kembang kimiawi menegur sepi
Gerak tangan gemulai
beriringkan ketuk waktu
Berpacu dalam arena bebas
Berpacu dalam arena lepas

Semu

-----------

FYI : Karena album ini tidak menyertakan lirik, maka penulisan lirik diatas hanya berdasarkan analisa dari pendengaran saja. Kami sangat mengharapkan masukan dan koreksinya.
Mohon maaf apabila ada kekurangan.

Foto diambil dari : 
sukanimusik.blogspot.com